REVIEW
ARTICLE “MENGINTAI AKUNTANSI DARI BALIK TOPENG MALANG”
Oleh
Darti Djuharnia, Yudib, Novrida Qudsi Lutfillah
Tugas ini disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi
Disusun
oleh :
Yunita
Nur Maulidah Rohmah 185020300111086
/ CA
Dosen
Pengajar :
Dr. Aji
Dedi Mulawarman, SP., MSA.
Jurusan
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Brawijaya
2021
MENGINTAI
AKUNTANSI DARI BALIK TOPENG MALANG
Oleh Darti Djuharnia, Yudib, Novrida
Qudsi Lutfillah
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian adalah untuk mengintai makna akuntansi dari balik tari
topeng Malangan. Peneliti juga
ingin mengetahui apakah terdapat kesamaan makna antara nilai – nilai yang ada
di dalam Akuntandi yang direpresentasikan melalui busaya Topeng Malangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan
metafora tontonan, tuntunan dan
tatanan tari topeng. Penggunaan metafora
dikarenakan terdapat kata atau kelompok kata yang bukan arti sebenarnya.
Menurut Ricoeru (2006, p.229), penggunaan metaofra harus sesuai dengan
konteksnya agar makna yang muncul merupakan hasil dari konteks tersebut. Maka
dari itu, tontonan, tuntunan dan tatanan digunakan sebagai dasar analisis data
dalam penelitian ini.
Metode
pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara tidak terstruktur atau biasa
disebut wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dalam suasana tidak formal
dengan pertanyaan yang mengarah pada kedalaman informasi. Sumber data dalam
penelitian ini adalah informan dan literature terkait. Informan dalam
penelitian ini yaitu Bapak Sunari, seorang budayawan Malang yang sangat
memahami budaya Malang, serta beliau adalah seorang sarjana
Seni dan Tari
yang kegiatan sehari-harinya adalah mengajar tari
dan lukis bagi
siswa sekolah internasional
di Malang. Disamping
itu beliau juga membuka
sanggar lukis dan
tari di rumahnya
untuk memberi pelatihan tari dan
lukis kepada masyarakat
umum. Beliau memiliki semua
peralatan dan pakaian tari
topeng dan paham betul tentang
makna ornamen pada
setiap bentuk topeng, serta mampu
memberikan pemahaman kepada pengerajin topeng bagaimana seharusnya topeng
diproduksi dan dirawat.Berdasarkan hal
tersebut, maka Pak Sunari
dianggap sebagaiinforman yang memenuhi syarat.
Hasil Penelitian
Pengintaian
dari Balik Tari Topeng Malangan
Tari topeng
menjadi media komunikasi penyampaian
contoh teladan bagi masyarakat dalam
menjalani kehidupan
sehari-hari.Tari topeng merupakan
kesenian khas Indonesia
yang sudah ada semenjak
zaman nenek moyang.Hampir
semua daerah di Indonesia
memiliki sejarah tentang pertunjukan
menggunakan topeng. Seiring berjalannya
waktu dan ketertatihan
eksistensi budaya tradisional, kesenian ini perlahan-lahan
hilang dan berangsur-angsur tergusur oleh arus budaya modern
Sebagaimana
halnya denga nwayang topeng, akuntansi juga memiliki kerangka sosial berupa
norma-norma, nilai-nilai dan
asumsi, dan memiliki
sifat kompleks yang saling terkait dalam bentuk relasi fungsional
untuk mengambil kebijakan
yang tepat atau
perilaku ekonomis yang
bisa diterima (Budiman, 1999; Hosfstede et al., 2010).
Tontonan dalam akuntansi dapat dilihat oleh penggunanya melalui laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan atau dipertontonkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti investor, pemerintah, masyarakat, dan manajemen perusahaan (Hidajat, 2005). Pada pagelaran wayang topeng tokoh yang ditampilkan selalu berpasangan atau istilah yang sering digunakan adalah “kupu tarung” antara lelaki (Panji asmarabangun) dan perempuan (candrakirana). Kondisi ini bisa dikaitkan dengan Neraca yang tampak pada keseimbangan debet dan kredit. Dalam pagelaran wayang topeng juga ditentukan berdasarkan watu yang disebut pancawara (Hidajat, 2005), sama halnya jika dikaitkan dengan laporan keuangan yang juga memiliki periodisasi akuntansi.
Tatanan tentu ada dalam dalam tari topeng Malangan yang mana merupakan aturan – aturan yang harus diikuti oleh pemeran sesuai dengan karakter dan cerita yang dimainkan. Dalam tatanan penyajian laporan keuangan juga memuat aturan-aturan yang harus diikuti/ditaati berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum seperti standar akuntansi keuangan (SAK) dan SAK_ETAP. Penyajian laporan keuangan digunakan oleh keoentingan banyak pihak baik dari internal maupun ekternal perusahaan yang dimana kepentingan ini dilindungi oleh pihak – pihak ynag mendominasi kepentingan kepemilikan seperti KAP Internasional (Big Four) dengan menetapkan standar sesuai dengan agenda global mereka. Dalam pagelaran tari topeng terdapat urutan yang sudah baku sebagaimana gambar dibawah ini.
Berdasarkan
gambar diatas, dimana dalam pepagelaran tari topeng malangan memiliki urutan
atau siklus yang harus dilakukan secara berurutan tanpa meninggalkan salah satu
siklus. Begitu pula jika diakitkan dengan akuntansi, maka dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan juga terdapat tahapan – tahapan yang harus dilalui
yang biasa disebut siklus akuntansi. Dibawah ini merupakan gambar siklus
akuntansi.
Tuntunan
tidak hanya disampaikan hanya dalam bentuk kata – kata atau nasihat akan tetapi
dapat juga disampaikan melalui setiap kisah dalam pagelarann tari topeng.
Setiap kisah memiliki nilai – nilai berbeda yang disampiakan kepada penonton.
Begitu pula dengan akuntansi laporan keuangan yang harus pula mengandung tata
nilai atau norma yang diperlukan dalam menyusun setiap jenis laporan keuangan
yang berbeda – beda jenisnya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pendapat Pribadi Atas Artikel “Mengintai
Akuntansi dari Balik Topeng Malang”
Artikel
“Mengintai Akuntansi dari Balik Topeng Malang” memiliki tujuan yang cukup
menarik dikarenakan banyak orang yang kurang mengerti bahwa ternyata ada kaitan
antara ilmu akuntansi dengan budaya tradisional tari topeng malang. Dengan
menggunkan metafora tontonan, tuntunan dan tatanan menurut saya sangat
mereoresentasikan makna apa yang sebenarnya ingin diungkan oleh peneliti kepada
pembaca. Sederhananya, Tari Topeng Malang yang dimana merupakan sebuah kisah –
kisah fiktif dengan berbagai nilai – nilai yang terkadung didalamnya ternyata
juga berlaku pada keilmuan bidang akuntansi terutama pada penyajian laporan
keuangan. Dalam kisah pewayangan tentunya terdapat karakter – karakter yang
baik adapula yang buruk. Begitu juga orang – orang dalam struktur organisasi
yang berpartisipasi dalam penyajian laporan keuangan tentu memliki karakter
atau watak bawaan yang berbeda – beda.
Penyajian
laporan keaungan yang mengandung tontonan, tuntunan, dan tatanan yang baik
dapat terlihat dari bagaimana tata perilaku orang – orang yang berpartisipasi
didalamnya terutama dalam pengambilan keputusan akuntansi. Laporan keuangan
dalam kerangka tontonan harus memberikan penyajian yang baik dan tentunya
memiliki tujuan baik yang ingin diampaikan kepada pengguna laporan keuangan. Penyusunan
serta penyajian laporan keaungan juga memiliki tatanan atau standar yang harus
diikuti karena dengan begitu laporan keuangan akan lebih tersusun dengan baik
dan sistematis seperti alur kisah dalam pagelaran Tari Topeng Malang.
Keterkaitan dengan Teori Etika Bisnis
dan Profesi
Terdapat
empat jenis teori etika yang menjadi dasar penerapan etika dalam ilmu akuntansi
salah satunya dalam pelaporan keuangan. Empat teori tersebut yaitu teori
utilitarian, teori deontology, teori virtue dan teori religious. Keempat teori
etika yang telah disebutkan memiliki pandangan yang cukup berbeda. Utilitarian
berfokus pada kesejahteraan dan kebermanfaatan bagi orang lain atau masyarakat.
Deontologis menekankan pada kewajiban bahwa manusia harus bertindak baik
menurut dirinya sendiri. Virtue atau keutamaan berfokus pada pengambangan
karakter pada masing – masing individu dan moralitas bisnis yang dimiliki
invididu tersebut. Sedangkan Religius adalah prinsip-prinsip moral
yang memandu perilaku
manusia secara etis
menurut pandangan-dunia
suatu agama (Abdurrahman, 2005).
Berdasarkan
keempat jenis teori etika tersebut, teori yang paling sesuai dengan penerapan
etika bisnis dalam dunia akuntansi yaitu teori religious. Teori religius yang
berlandasarkan agama tentunya memiliki seperangkat aturan atau tatanan yang
dihadirkan utnuk memperbaiki perilaku manusia dalam menjalani kehidupan
termasuk dalam dunia profesi. Seorang
akuntan termotivasi dalam melakukan pekerjaannya semisal dikarenakan adanya
kompensasi dari perusahaan, dal hal ini bukan kompensasinya yang dilihat namun
jalan yang dilakukan akuntan untuk menjalankan tugas yang diperoleh. Jika dia
hanya berdasarkan kompensasi tanpa menghadirkan nilai religius didalam
kehidupannya maka hasil yang diperoleh tidak akan mampu dipertanggungjawabkan
dan kemungkinan besar akan banyak merugikan orang lain sehingga berlawanan
dengan etika profesi seorang akuntan. (Kusumaningtyas, 2016). Meskipun begitu,
ketiga teori lainnya juga tidak mungkin tidak direalisasikan dalam penerapan
etika bisnis dan profesi. Setiap teori memiliki nilai positif yang mampu
memberikan dampak yang baik pula bagi penerapan etika bisnis dan profesi dalam
bidang akuntansi terutama pada pelaporan keuangan.
Berdasarkan
pemaparan mengenai review artikel “Mengintai Akuntansi dari Balik Topeng Malang”
serta keterkaitan dengan teori etika dapat ditarik kesimpulan bahwa pagelaran
tari topeng Tari topeng mengandung nilai-nilai moral melalui simulasi, mitos,
dan symbol - simbol. Tari ini adalah simbol bagi sifat manusia, karena itu
banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, seperti menangis,
tertawa, sedih, malu, dan sebagainya. Tari wayang topeng merupakan tontonan,
tuntunan, dan tatanan. Sebagaimana dengan tari Topeng, maka dalam akuntansi
juga memiliki konsep tontonan, tatanan, dan tuntunan. Dikatakan sebagai
tontonan karena akuntansi disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang
disajikan untuk kepentingan pengguna. (Darti dkk, 2017). Begitu pula dalam
teori etika yang juga memiliki pandangan dan aturan tersendiri terkait
bagaimana cara mengimplementasikan teori etika dalam profesi akuntansi terutama
dalam pelaporan keuangan. Salah satu teori yang sesuai yaitu teori religious yang
mana teori ini berlandasarkan agama tentunya memiliki seperangkat aturan atau
tatanan yang dihadirkan utnuk memperbaiki perilaku manusia dalam menjalani
kehidupan termasuk dalam dunia profesi
Daftar Pustaka
Referensi
Utama
Darti, D., Yudi, Y., & Lutfillah, N. Q. (2017). Mengintai
akuntansi dari balik topeng malang. Imanensi: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi Islam, 2(2), 7-17. Diakses pada 10 April 2021, dari https://jurnal.fordebi.or.id/index.php/home/article/view/26
Referensi
Pendukung
Abdurrahman, D. (2005). Israf dan Tabdzir: Konsepsi
Etika-Religius dalam Al Qur'an dan Perspektif Materialisme-Konsumerisme. MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 21(1), 65-80. Diakses pada 11 April 2021, dari https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/164/pdf
Kusumaningtyas, D. (2018). Religiusitas pada Motivasi dan
Etika Profesi Akuntan dalam Prespektif Islam. Jurnal Ilmiah Cendekia Akuntansi, 4(3), 116-126. Diakses pada 11 April 2021, dari http://publikasi.uniska-kediri.ac.id/data/uniska/CendekiaAkuntansi/
Komentar
Posting Komentar